Cerpen kasih sayang dan cinta Ibu tak bersuara adalah kisah cerita inspirasi tentang cinta ibu terhadap anaknya dan kasih sayang seorang anak kepada pendek tentang kasih sayang orang tua kepada anak ini bercerita tentang seorang ibu yang tidak bisa bicara. Dia wanita yang bisu namun ia begitu menyayangi anak perempuan satu-satunya, Sang ibu tak ingin teman-teman anaknya tahu tentang lebih jelasnya tentang cerpen kasih sayang ibu sepanjang masa dan anak yang berbakti, sayang dan cinta pada ibunya disimak saja cepern mengharukan dan menyentuh hati tentang anak dan ibu berikut Cinta Ibu Tak Bersuara Author Zaidan AkbarNama Azizah terus saja disebut melalui pengeras suara yang terdegar begitu jelas. Suara itu berkoar dan menyelinap diantara barisan-barisan siswa yang berkumpul di halaman panggilan telah didengungkan namun Azizah tak muncul juga. Suasana pemilihan siswa teladan di sekolah menengah itu menjadi kisruh karena siswa yang dianggap teladan justru tak datang pada hari ini untuk menerima apa dengan Azizah? pertanyaan ini bersarang di benak siswa-siswa lainnya. Azizah dikenal sebagai siswa yang cerdas, berbudi pekerti dan punya semangat yang tinggi dalam ini juga alasannya hingga Azizah terpilih menjadi siswa teladan untuk tahun ini. Namun hingga acara selesai, Azizah tetap tidak juga terlihat di hari itu."Azizah mana ya ...?""Kenapa Azizah tak datang ke sekolah hari ini?""Apa mungkin Azizah sedang sakit?"Pertanyaan-pertanyaan itu kerap muncul dalam pikiran Hasnah. Sebagai seorang sahabat, tentulah Hasnah khawatir terhadap Azizah. Rasa cemas itu tampak jelas terlukis pada guratan wajah pulang sekolah Hasnah memutuskan untuk mampir ke tempat kos-kosan Azizah agar Hasnah tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi pada sahabat baiknya itu dan hingga Azizah tak datang ke sekolah hari sepeda motor matic yang Hasnah tunggangi, ia terus melaju menuju arah ke tempat kosnya bagai berpacu dengan rasa khawatirnya sendiri. Begitulah lumrahnya perasaan seorang teman seperti apa yang dirasakan oleh Hasnah saat kedua roda sepeda motor Hasnah kini telah membawanya sampai ke depan kosnya Azizah. Sepasang bola mata Hasnah terperanjat ketika melihat Azizah sedang melangkah lunglai dengan sebuah tas besar yang ia jinjing. Sepertinya Azizah sedang ingin pergi."Azizah ...!" panggil Hasnah berteriak dari tempat ia menunggangi sepeda menoleh ke arah sumber pekikan itu. Azizah melihat sahabatnya, Hasnah yang sedang berlari kecil mendekatinya."Azizah, kau hendak pergi ke mana?" tanya Hasnah dengan cemasnya."Untuk beberapa hari ini, aku mau pulang kampung, Hasnah!" jawab Azizah"Tapi kenapa? ini kan bukan libur sekolah," ujar Hasnah meminta penjelasan sahabatnya itu."Ibuku sedang sakit, Has! aku rindu sekali pada ibu." Azizah menjelaskan alasannya pada beranjak dan mulai meninggalkan Hasnah di tempat itu."Azizah ...! hati-hati ...! jangan lupa telpon aku jika kau telah sampai di sana." Hasnah menyeru sahabatnya yang ingin pergi menoleh ke belakang sembari tersenyum kecil sebagai respon baiknya terhadap kepedulian seorang cemas, gundah! kata-kata inilah yang menggambarkan suasana hati Azizah saat ini, saat dimana setelah Azizah menerima kabar bahwa ibunya kini sedang terbaring sakit karena asma yang dideritanya kumat tidak, orang tua Azizah sekarang hanya tinggal ibunya saja, wanita setengah baya itu bernama Normah. Sehari-hari Normah hanya bekerja sebagai buruh cuci orang-orang di bukanlah perempuan yang sempurna. Normah adalah seorang ibu tuna wicara alias tak dapat bicara. Normah tak memiliki dulu Normah memang dikenal seperti itu. Sedikit sekali orang yang mampu berkomunikasi dengan Normah. Normah sekedar bicara dengan menggunakan bahasa isyarat karena hanya itu yang ia menempuh perjalanan yang jauh dari kota Rantauprapat menuju tempat kecil bernama Sei Berombang yaitu tempat ketika dulu Azizah dilahirkan. Azizah pun sampai kerumahnya. Rumah yang begitu sederhana namun memiliki arti spesial bagi Azizah tiba ia tidak berpikir panjang lagi. Azizah langsung menuju kamar dimana ibunya terbaring sendirian di kamar. Ibu paruh baya itu tertidur pulas. terlihat hentakan napas di dadanya berdegup dengan mendekati Normah dan kemudian Azizah meraih tangan ibunya itu. Lalu dengan perlahan Azizah mencium tangan keriput itu."Ibu, maafkan aku! aku tahu kau telah bekerja keras menyekolahkan aku hingga akhirnya kini dirimu sakit seperti ini," gumam Azizah dalam berapa lama, kelopak mata sang Normah mulai terbuka. Normah bangun dari tidurnya. Ia menoleh dan menatap putri sulungnya yang terisak-isak. Normah memberi isyarat dengan tangannya agar Azizah menghapus air matanya yang tertumpah lekas-lekas menyeka air matanya di hadapan ibu. Normah pun tersenyum melihat kedatangan anaknya yang sudah begitu lama ia rindukan."Ibu istirahat saja, biar ibu cepat sembuh" ujar Azizah pada ibunya sambil diikuti dengan gerakan isyarat tangan terlihat mengangguk sebagai tanda bahwa ia mengerti apa maksud Azizah itu. Kemudian Normah menutup kedua matanya langsung mengusap-usap rambut ibunya. usapan itu telah mengantarkan Normah terlelap dalam di pagi hari, Azizah bangun kesiangan. Azizah melihat beberapa hidangan sudah tersedia untuk sarapan. Sedangkan Normah telah pergi pagi-pagi sekali. Mungkin Normah sudah merasa cukup baik sehingga ia merasa perlu untuk kembali siang itu, Azizah berniat hendak melaksanakan sholat Zhuhur. Azizah bergegas untuk berwudhu Namun malang tak bisa di tolak, Azizah terpeleset di pelantaran kamar mandi yang terbuat dari beberapa bilah papan yang sudah Azizah terjungkal dan kakinya terasa sakit sekali. pergelangan tumitnya terkilir. Azizah mengerang dan saat yang sama kebetulan Normah pulang dan ia melihat kondisi anaknya yang tak mampu berdiri itu di pelantaran kamar terlihat was-was walaupun tak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutnya. Normah langsung menggendong putrinya yang sudah SMA itu menuju tak bisa berucap, Ia memang perempuan yang bisu tapi hatinya penuh kecemasan terhadap keadaan putrinya semata membaringkan Azizah di ranjang tempat tidurnya. Normah berlari ke dapur mengambil segelas air putih dan membantu Azizah duduk untuk meminum segelas air putih Normah 'Si Ibu Bisu' itu sedang mengurut dan memijit pergelangan kaki putrinya. Sementara Azizah tetap mengerang mencoba menenangkan putrinya yang kesakitan dengan bahasa isyaratnya namun Azizah tak berhenti tampak kebingungan dan dalam kemelut perasaan itu, Normah langsung mendekap Azizah begitu erat hingga Azizah merasa lebih tenang sampai akhirnya Azizah tertidur dalam pangkuan ibunya malam harinya, gerimis mulai berjatuhan sedangkan tubuh Azizah terasa panas. Azizah demam dan demamnya tinggi sekali. Sementara di luar gerimis telah berubah menjadi hujan yang lebat. Petir-petir bernyanyi lantang, kilat seperti memotret seisi cinta Normah yang dalam pada sang putri membuat Normah tak peduli pada cuaca yang buruk itu. Normah keluar rumah ia berniat menjemput seorang mantri kesehatan yang bernama Johandi. Rumah mantri itu berada di Desa tetangga yaitu Desa Sei berjalan kaki ke rumah mantri itu tanpa alas kaki. Ia berjalan cepat-cepat, bajunya basah kuyup diguyur hujan. Tiba di rumah Pak Johandi, Normah menggedor pintu yang sedang tertutup Johandi membuka pintunya. Terlihat sosok wanita bisu berdiri di depan rumahnya. Pak Johandi tak mengerti maksud dan tujuan wanita yang berbahasa isyarat itu. Normah sulit berkomunikasi namun ia terus mencoba menguraikan maksudnya dengan bahasa isyarat yang ia sang mantri pun dapat mengerti maksud Normah. Sungguh mulia hati Pak Johandi ini dan ditambah lagi dengan rasa tanggung jawabnya sebagai petugas kemanusiaan, Pak Johandi rela hujan-hujanan mengikuti jejak Normah hingga sampai ke rumah rumah sederhana itu, Pak Johandi mulai memeriksa kesehatan Azizah dan setelah diberi obat, Pak Johandi ingin beranjak pulang. Normah tampak mengulurkan beberapa lembar uang pada Pak Johandi, namun Pak Johandi menolaknya sambil tersenyum hari, langit terbentang begitu megah, matahari menampakkan diri dengan gagah. Demam Azizah mulai mereda. Normah tak lupa memasak bubur untuk putrinya satu-persatu ibu-ibu berdatangan mengantar pakaian kotor untuk dicuci. Ibu-ibu itu sudah menjadi langganan Normah selama menyaksikan itu dari balik kamarnya. Mata Azizah mulai digenangi air, hatinya merasa sedih dan haru menatap pengorbanan sang telah menyiapkan kayu penyangga kaki buatan Normah sendiri. Penyangga yang dibuat dengan rasa sayang ini bertujuan agar Azizah bisa berdiri hari selanjutnya, kampung kecil ini menyelenggarakan pasar malam. Orang-orang bergembira cukup faham dengan perasaan Azizah. setelah kepulangannya, Azizah belum sempat kemana-mana karena kakinya yang masih terasa sakit sejak menghibur sang anak, Normah menggendong anaknya ke pasar malam sebab Azizah belum kuat berjalan siswi SMA yang mendekap di belakang badan Normah itu tak terasa berat. Bagi Normah rasa lelahnya ini telah sirna dan berganti dengan rasa bahagia karena sudah membuat hati Azizah ceria Ibu dan anak begitu akrab. Mungkin Normah ingin sekali bercerita pada Azizah namun Normah tak memiliki suara. Sesekali terlihat Normah dan Azizah bersenda gurau dengan bahasa isyarat Normah mungkin berbeda tapi hati Azizah cukup mengerti kata-kata ibunya yang tak bersuara malam ini menjadi saksi bahwa begitu sayangnya Normah pada Azizah. Kembang gula yang mereka beli tampak mereka santap dan Ibu ini sangat bahagia sekali sampai akhirnya mereka pulang dengan Azizah yang masih dalam gendongan semakin larut. Dalam letihnya Normah tertidur nyenyak. mereka tidur berdekatan. Azizah belum lagi memejamkan mata. Azizah meraba kedua telapak tangan ibunya tangan Normah terasa begitu kasar, kulitnya pecah-pecah. Sebagai seorang buruh cuci memang telapak tangan Normah terlihat kasar namun hati Normah sangatlah halus. Azizah berkata dalam hatinya."Bu! Aku bangga padamu, aku merasa sangat beruntung punya ibu sepertimu, meski suaramu tak pernah kudengar tapi aku tahu bahwa suara hatimu selalu berucap namaku dan engkau selalu menjaga kebahagiaanku."Begitulah kalbu Azizah berbisik sendiri di sela tangis harunya yang juga tak telah berganti, kondisi kaki Azizah mulai membaik. Saatnya Azizah kembali ke ibu kota kabupaten yaitu Rantauprapat demi melanjutkan pendidikannya. Azizah pamit pada mata Azizah tak terbendung lagi namun Normah mengisyaratkan pada Azizah untuk tidak menangis dan segera menghapus air matanya walaupun sebenarnya Normah juga berlinang air mata tapi ia membalikkan tubuhnya agar tangisnya tak terlihat Azizah.***Di Kota Rantauprapat, Azizah kembali bersekolah. Azizah bertemu lagi dengan Hasnah sahabat baiknya itu. Kegembiraan Azizah mulai terukir bersama hari, tepatnya Menjelang tanggal 22 Desember, sekolah Azizah mengadakan acara dalam memperingati hari ibu. Setiap siswa diharapkan mampu mengungkapkan rasa sayang mereka pada sang ibu dengan bercerita di hadapan ibu mereka peringatan hari ibu ini baru pertama kali diadakan di sekolah Azizah. Acara ini mengusung tema 'KAPAN TERAKHIR KALI IBU MENGUCAPKAN SAYANG PADAMU?'Tema ini cukup berat buat Azizah. Bagaimana tidak, mungkin Normah tak akan pernah datang ke acara ini. Meskipun datang mungkin juga akan merasa dipermalukan di hadapan orang tua siswa terlihat murung dan Hasanah sebagai seorang sahabat bertanya pada Azizah."Zah! kau ini kenapa lagi?" tanya Hasnah"Ibuku tak mungkin menghadiri undangan sekolah ini, Has," jawab jawaban sahabatnya itu, Hasnah mengerutkan keningnya dan lalu Azizah menceritakan perihal yang terjadi pada ibunya serta kekurangan ibunya itu yang menjadi alasan kenapa ibunya tak mungkin datang dan Azizah juga memperlihatkan foto sang ibu yang tersimpan di ponsel-nya."Mengapa kau tak pernah cerita padaku tentang ini, Azizah?" Hasnah kembali bertanya."Ibu melarang aku bercerita pada siapapun dan ibu takut aku ini menjadi bahan ejekan dan bully dari teman-teman, jadi ibu ingin orang-orang tak tahu tentang dirinya." Azizah memaparkan hal itu pada tibalah saatnya acara peringatan hari ibu itu. Siswa-siswa yang hadir turut pula membawa serta ibu mereka. Azizah tetap memberanikan diri menjadi salah satu peserta lomba bercerita tentang ibu dalam acara itu meskipun Azizah tahu mungkin Ibu yang ia cintai itu tak bisa hadir di hari siswa telah bercerita tentang ibu mereka dan berbagai ungkapan sayang juga mereka utarakan buat sang tiba waktunya untuk giliran Azizah bercerita. Azizah naik keatas panggung, ia mendekati mikropon yang sudah siap menerima memulai ceritanya."Ibu! ibu adalah mata air kebahagiaanku, aku selalu haus akan kasih sayangnya, Ibuku adalah telaga yang penuh kesabaran, di dalam pelukannya aku kerap merasa nyaman."Tiba-tiba di sisi lain, mata Hasnah menuju pada seseorang perempuan setengah tua yang duduk di sudut pojok belakang. Hasnah yakin bahwa itu adalah ibunya Azizah yang foto nya pernah Hasnah lihat di ponsel salah lagi, Hasnah mendekati ibu itu dan Hasnah mengacungkan tangannya agar Azizah melihat kehadiran ibunya Hasnah ternyata tercapai, sontak Azizah menoleh kearah Hasnah dan ia melihat ibunya rupanya hadir di acara langsung bersemangat dan Azizah melanjutkan ceritanya. Selain Azizah berucap kata demi kata, Azizah juga menggerakkan tangannya seraya ia menggunakan bahasa isyarat supaya ibunya paham apa yang Azizah sampaikan."Kapan terakhir kali ibu mengucapkan sayang padamu? tema ini adalah sebuah pertanyaan yang tak pantas ditujukan padaku," ujar Azizah."Ibuku tak pernah mengucapkan sayang padaku, tapi ia selalu nyatakan itu dengan perbuatannya, pengorbanannya dan perjuangannya demi aku."Ibuku tak mungkin mengucapkan kata sayang itu padaku, karena ibuku adalah seorang perempuan tuna wicara, tak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya. sepanjang hidupnya ia tak pernah punya kata-kata, lantas bagaimana ia mengucapkan kata sayang itu padaku?"Ibu, mungkin aku tak pernah mendengar nyanyianmu untuk mengantarkan aku pada tidur yang lelap, tak ada ucapan selamat ulang tahun padaku, tak ada dongeng yang kau ceritakan sebelum aku tidur, namun aku sangat bahagia meskipun itu tak pernah aku rasakan."Ibu, jangan pernah berpikir bahwa aku malu dengan kondisimu, dengan kekuranganmu, tidak ...! tidak sama sekali, andaipun aku di-bully setelah ini, aku tidak apa-apa, aku siap, karena aku rasa beruntung sekali punya ibu yang istimewa seperti ibu."Sekarang aku yakin bahwa surgaku itu selalu berada di bawah telapak kakinya. Dia perempuan yang mungkin tak sempurna itu tapi di mataku, dia sungguh begitu sempurna."Ibu, kau tahu, mengapa aku begitu menyayangimu?. Itu semua karena ibu terlalu menyayangiku meski sayang yang aku rasakan itu tanpa ucapan kata sayang itu turun dari panggung itu dan mendekati tempat duduk ibunya dan langsung mendekap ibunya dengan tangis yang di sela air mata yang bercucuran di pipi Normah, ia memeluk dan mencium putri semata wayangnya hati Normah terselip perasaan bangga akan putrinya yang tak pernah malu dengan kondisi ibunya pelukan mereka terlepas, Azizah menggunakan kata isyarat dengan mengucapkan."Maafkan aku ibu, sungguh aku amat sayang padamu, selamanya."Normah mengangguk-angguk di sela deru air mata dan tangisnya yang tak bersuara orang-orang yang hadir di situ merasa terharu sekali atas ucapan Azizah. Air mata mereka tertumpah seperti menyaksikan sebuah film ber-ending Hasnah merasa senang sekali melihat sahabatnya, Azizah menggandeng tangan ibunya itu dengan rasa bahagia. Sedangkan setelah hasil lomba diumumkan besoknya, maka Azizah keluar sebagai S e l e s a i -Pesan moral dalam cerpen cinta dan kasih ibu kepada anaknya- Ibu adalah makhluk terbaik yang menjadi ladang surga buat anaknya- Cinta ibu kepada anaknya seluas samudera- Cinta ibu sepanjang masa cinta anak sepanjang galah- Walau bagaimanapun keadaan Ibu, dia adalah seorang perempuan yang berjuang dan berkorban untuk anak tercintanya.
14Bunga Kesayangan Ibu Ibu hendak pergi ke rumah nenek selama dua hari. Maka, ibu menitipkan bunga mawarnya kepada Rumi, putrinya. Dengan bersemangat, Rumi merawat bunga-bunga mawar milik sang bunda hingga ia tak menyadari bahwa vas bunga itu tersenggol. Semua bunga yang tersusun pada vas itu menjadi berantakan dan bunganya menjadi rusak. ููุงุฎูููุถู ููููู ูุง ุฌูููุงุญู ุงูุฐููููู ู ููู ุงูุฑููุญูู ูุฉู ูููููู ุฑูุจูู ุงุฑูุญูู ูููู ูุง ููู ูุง ุฑูุจููููุงููู ุตูุบููุฑูุง โDan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah โWahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecilโ.โ QS. Al Isra 24 MENANGIS meratapi diri. Menjerit hati nuran. Merasa diri ini belum utuh mengurus ibunda tercinta yang menderita diabetes sejak 20 tahun yang lalu dan terkena stroke lima tahun lamanya. Pepatah โkasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galahโ benar adanya. Betapa tidak meratapi, ketika mengantar ibu ke rumah sakit, saya menyaksikan dan mendengar dengan kepala, telinga dan mata sendiri ada sosok ibu yang demikian tulus, sayang dan cinta menemani anaknya yang terkena stroke, โ ini anak saya yang kena stroke, tutur sang ibu dengan wajah yang berbinar. Ini kenyataan bahwa ada ketimpangan besar antara โkasih sayangโ ibu dan anak, sampai akhirnya ada perbandingan sepanjang โmasaโ dan โgalahโ. โMasaโ mewakili ketidak-berujungan kasih sayang ibu, dan โgalahโ mewakili keterbatasan kasih sayang seorang anak kepada ibunya. Seorang ibu mampu merawat lebih dari lima anak sekaligus, tetapi belum tentu lima anak mampu merawat seorang ibu. BACA JUGA Teladan Uwais al-Qarni, Model Bakti Seorang Anak kepada Ibu Teringat pada sebuah riwayat, pada suatu hari, Ibnu Umar melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Kaโbah. Orang tersebut lantas berkata kepadanya, โWahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?โ Ibnu Umar menjawab, โBelum, meskipun sekadar satu nafas ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.โ Kitab al-Kabair karya adz-Dzahabi. Ya Allah di hadapanku, ada ibunda yang telah Allah titipkan, amanatkan, hampir tujuh tahun lamanya, tetapi belum saya maksimalkan untuk berbakti, belum sungguh-sungguh diri ini merawatnya, astaghfirullaah, mohon ampun atas semua kesalahan dan kelalaianku selama ini. Apakah diri ini mampu meneladani sosok Uwais Al Qorni, yang tercatat dalam sejarah sepanjang hidupnya tidak pernah menolak perintah dan permintaan ibunya tercinta, kecuali hanya meminta diizinkan untuk bertemu dengan Rasulullah SAW, sementara diri ini selalu saja punya berbagai alasan untuk menolak permintaan ibuku, ada rapat, harus berangkat pagi, mengajar dan alasan lainnya. BACA JUGA Menjadi Seorang Ibu Terbaik Sudah di hari yang kedua, ibunda tercinta di rawat di Rumah Sakit, terasa pilu direlung hati ini, belum mampu membuatnya merasa tenang, nyaman, dan nampak raut wajah bahagia seutuhnya, ya Allah kasihi dan sayangilah ibunda tercinta, sebagaimana dirinya menyayangiku sejak kecil, angkat penyakitnya, sehatkan dan berikan kesabaran serta keikhlasan dalam menerima ujian sakitnya, kabulkan doa hambaMu ini. Berbisik dalam hati ini di tengah malam yang sunyi, melagukan untai syair abadi tentang ketulusan kasih ibu kepada anaknya, โKasih ibu, sepanjang masa. Tak terhingga, sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia.โ Duhai Robb, hamba mohon ampunan atas kelalaian selama ini, bimbing dan berikan kesabaran dan keikhlasan untuk merawat ibunda tercinta, jadikan hambaMu ini menjadi anak yang berbakti. Aamiin. [] PemerkosaanCalon Pengantin Part 1. Ada sepasang kekasih bernama Tono dan Denita, mereka berdua tinggal bersama di sebuah rumah yang terletak di daerah yang agak terpencil di Jakarta. Sehari-harinya mereka hidup bahagia bersama dan mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat. Denita berusia 20 tahun sementara Tono baru berusia 18 tahun.- Cerita pendek kali ini bertema kasih ibu sepanjang masa, jangan menyiakan kehadiran seorang ibu sebelum engkau kehilangan Ibu yang Tak Kunjung KembaliDi suatu perkampungan hiduplah keluarga kecil. Keluarga yang kata orang-orang, mereka keluarga bahagia pada saat itu. Pak tono dan bu tini merekalah yang dimaksud oleh orang-orang masa itu. Mereka mempunyai dua orang anak yang bernama Reza dan Riza. Reza merupakan anak sulung yang mempunyai keberanian dan mandiri dalam hal apapun. Ia selalu mendapat kasih sayang dari kedua orang begitu, tidak membuatnya menjadi anak yang manja dan bergantung pada orang tuanya. Hingga suatu hari, ibunya melahirkan anak kedua Riza adik reza. Namun setelah melahirkan ibunya mengalami sakit keras dan mengharuskan ayahnya untuk membawa ke rumah sakit. Sekian lama dirawat di rumah sakit, nyawa bu Tini tidak bisa itu membuat Reza dan Ayahnya terpukul atas kepergian istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya. Bu Tini meninggal pada saat Riza berusia 3 bulan. Sejak saat itulah Reza yang menggantikan semua pekerjaan ibunya. Ia dan ayahnya juga merawat Riza dengan penuh kasih sayang, seperti dahulu saat ibunya merawat reza sewaktu kecil. Seiring berjalannya waktu, Riza pun menginjak usia 4 tahun. Ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan suatu hari, ketika sekolah ia sering melihat teman-temannya selalu diantarkan oleh ibunya, lantas hal itulah membuat ia bertanya-tanya. โ sebenarnya ibuku dimana? Mengapa tidak mengantarkan dan menjemputku sekolah seperti ibu mereka โ ucap Riza dalam hati. Ketika pulang sekolah, ia menanyakan hal itu kepada ayahnya. Namun ayahnya hanya berucap โ ibumu pergi jauh โ. Riza pun masih tidak mengerti apa maksud dari perkataan ia meminta ayahnya untuk menceritakan tetapi ayahnya malah menyuruhnya untuk tidur. Saat kakaknya pulang, ia menanyakan kemana bertanya โ kak, sebenarnya ibu itu kemana si. Dari kecil aku tidak tahu wajah ibu itu gimana. โHai, Mau Makan Apa Hari ini?โ ibu bekerja di luar negri, sudah ya jangan tanya lagi. โ jawab RezaHal itu membuat Reza melamun dan tak sadar air matanya pun turun. Lantas hal itu membuat Riza bertanya kembali.โ apa ibu tidak pernah pulang kak? Terus kenapa kakak menangis? โโ kakak Cuma rindu aja sama ibu โ ucap RezaSetelah itu, Riza menceritakan semua kejadian pada saat di sekolah. Kakaknya pun hanya bisa memberi semangat dan memotivasinya untuk tetap sekolah meskipun tidak diantarkan oleh sang ibu. Beberapa tahun kemudian, Riza menginjak usia remaja. Ia semakin penasaran dimana ibunya berada, mengapa hingga ia dewasa ibunya masih belum selalu mengungkapkan rasa rindu pada ibunya, ia juga selalu bertanya-tanya pada dirinya โ ibu dimana? Mengapa tidak pernah pulang, apa tak rindu dengan kami. Ibu aku sudah besar, lihatlah aku ibu, sudah menjadi gadis yang cantik. Aku juga sering mendapat juara, ini semua berkat doa ibu. Aku ingin mempersembahkannya untuk ibu, pulanglah ibu. Setega itukah ibu dengan kami? Mengirim surat kabar pun tidak pernah. โ ia selalu mengungkapkan kerinduan pada ibunya di buku diary yang berjudul โ ibu yang tak kunjung kembali โ.Setiap hari ia menulisnya dan menceritakan segala kegiatannya. Hingga suatu hari, Reza bersih-bersih kamar adiknya. Ia pun menemukan diary tersebut. Hal itu membuat Reza menangis dan merasa bersalah pada adiknya. Setelah itu, ia menceritakan pada ayahnya dan mereka memutuskan untuk memberi tahu Riza, apa yang sebenarnya terjadi pada sore hari, mereka sedang kumpul di meja makan. Kemudian sang ayah memulai percakapan.โ Riza, ayah dan kakakmu sebelumnya minta maaf, karena telah menyembunyikan ini semua dari kamu. Ini bukan kemuan kami, tetapi ini kemauan ibumu. โ ucap ayahRiza pun bingung dan bertanya-tanya โ apa maksud perkataan ayah? Kenapa kakak dan ayah meminta maaf padaku? โSang ayah pun menjelaskannya โ ibumu sudah meninggal ketika kamu berusia 3 bulan. Setelah melahirkanmu, ibumu mengalami sakit-sakitan. Beliau koma setelah melahirkanmu. โ mendengar cerita tersebut membuat air mata Riza mengalir deras. Rasa rindu pada ibunya selama ini ia pendam, namun nyatanya ia tak akan bisa bertemu ibunya kembali. Ia juga merasa bersalah pada ayah dan kakaknya, sebab karena ia ibunya meninggal. Akan tetapi ayah dan kakaknya pun menguatkannya dan menjelaskan padanya bahwa ini semua sudah takdir yang tak bisa dihindari oleh harinya, Riza dan keluarganya berziarah ke makam ibunya. Riza mengungkap rasa rindunya selama 16 tahun yang ia pendam, ia juga berjanji pada ibunya untuk tetap semangat dalam hal apapun. Ia juga berterimakasih pada ayah dan kakaknya yang telah merawatnya dengan tulus dan penuh kasih saat itu, Riza tumbuh dewasa. Ia juga menuliskan semua kejadian yang dialaminya dalam buku diarynya โ Ibu yang Tak Kunjung Kembali โ. Ia berpesan kepada siapapun untuk tetap merawat dan menyayangi orang tua selagi mereka masih ada. Jangan pernah hiraukan perintah orang tua selagi itu positif untuk kehidupan kita. Karena sesungguhnya doa orang tua yang paling diridhoi oleh karya Ira Ami Maharani UMSIDA
Sepertinya semua orang sepakat jika kasih sayang ibu tidak pernah berakhir dan akan selalu ada di sepanjang hidup anak-anaknya. Bahkan, ibu tidak pernah lelah untuk memastikan tumbuh kembang buah hatinya dengan baik. Semua kasih sayang yang dia berikan tidak akan bisa tergantikan, bukan? Tanpa disadari, ibu tak pernah menyerah untuk wujudkan setiap keinginan yang kamu miliki. Meskipun terkadang dia terlihat garang, tapi hatinya selalu dipenuhi kasih sayang untuk kamu. Setiap ibu memang memiliki cara yang berbeda-beda dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Namun, ibu selalu ingin memberikan yang terbaik untukmu. Agar kamu bisa menyadarinya, cobalah pahami beberapa hal berikut ini. Sebab, ini merupakan bukti nyata kalau kasih ibu sepanjang masa. 1. Ibu Rela Terbangun Tengah Malam Demi Menjaga Kamu Seorang ibu sudah terbiasa bangun tengah malam pasca melahirkan, hanya untuk memastikan jika bayinya telah tertidur lelap tanpa ada gangguan. Namun, ternyata hal tersebut tidak hanya dia lakukan ketika kamu masih balita saja lho. Mungkin kamu tidak mengetahuinya. Namun, sampai kamu menginjak usia remaja pun, ibumu tetap sering terbangun tengah malam, walaupun penyebabnya terbilang cukup sepele. Misalnya ketika mendengar kamu terbatuk di dalam kamar, ibu akan segera bangun dan melihatmu untuk memastikan apakah membutuhkan bantuannya atau tidak. Tindakan seperti ini tak lepas dari besarnya rasa sayang untukmu. Sehingga, ibu akan tetap terbangun walaupun masih mengantuk. 2. Selalu Memberi Dukungan dan Siap Menjadi Tempat Bersandar Kasih sayang ibu juga terlihat jelas ketika kamu sedang menghadapi masa-masa sulit. Di mana dia akan selalu ada untuk menjadi tempatmu bersandar dan menceritakan keluh-kesah. Bahkan, ketika tidak ada orang lain yang peduli padamu, ibu akan menjadi satu-satunya orang yang memberimu semangat. Dia akan memberikan dukungan agar kamu dapat melalui masa-masa sulit tersebut tanpa mengorbankan masa depan. Di saat seperti itulah ibu akan mendekapmu dengan erat. Sehingga, kamu tidak merasa sendirian dalam kesedihan. 3. Menjadi Guru Pertama dan Sepanjang Masa Tidak hanya memberikan tuntutan, seorang ibu juga akan menunjukkan kasih sayangnya melalui sebuah pengajaran. Sejak kamu mulai bisa bicara, berjalan, hingga menginjak jenjang pendidikan, ibu akan terus mengajari kamu berbagai hal yang berguna dalam hidup. Bahkan, ketika kamu sudah tumbuh dewasa dan menikah, ibumu akan tetap memberikan pendidikan dengan membagikan pengalamannya. Dia ingin kamu belajar dari apa yang telah dilalui selama ini. Tak hanya itu, ibu juga selalu memberikan contoh yang baik dalam bersikap dan saat mengambil keputusan. Hal seperti inilah yang membuktikan bahwa ibu adalah guru yang pertama hingga sepanjang masa bagi anak-anaknya. 4. Ibu Merupakan Sumber Doa dan Restu Terbaik Meski tidak diminta, ibu akan terus memberikan doa dan restunya kepadamu. Meskipun dia tidak menceritakannya, tapi ibu selalu memohon kepada Tuhan untuk memberikan kebahagian serta kebaikan dalam hidupmu. Sehingga, kamu lebih mudah mencapai kesuksesan seperti yang diimpikan. Ibu selalu berharap agar kamu tidak mengikuti jejaknya yang mungkin hingga saat ini masih dalam keterbatasan. Dia tidak mau jika kamu merasakan pahitnya hidup sebagaimana yang pernah dia alami. Mungkin kamu belum menyadari sepenuhnya, walaupun sederhana dan cukup sepele, tapi memang seperti itulah wujud kasih sayang seorang ibu untukmu. Mulai sekarang, jangan sampai kamu melukai perasaannya, ya. Sayangilah ibu sebagaimana dia menyayangi kamu!